Nama : Nur Rahmawati Arsyad
NPM: 10601040014
1. Jelaskan tujuan pendidikan yang
pertama kali dikenalkan oleh Benjamin. S. Bloom serta proses kognitif yang
diperkenalkannya!
2. Jelaskan Karakteristik matematika
sebagai ilmu yang terstruktur, dan sebutkan unsur-unsur dalam struktur
matematika!
3. Apakah definisi Aksioma, Postulat,
Dalil, dam Teorema!
4. Menurut anda apa saja masalah yang
dihadapi dalam Pembelajaran matematika di sekolah, bagaimana cara menghadapinya?
5. Jelaskan 4 tahap perkembangan
kognitif dari individu menurut Piaget!
6. Apa perbedaan antara belajar dan
pembelajaran, berikan satu contoh kasus belajar dan satu contoh kasus
pembelajaran!
7. Sebutkan dan jelaskan teori belajar
aliran psikologi tingkah laku!
8. Pada sebuah sekolah kelas VII SMP
dengan siswa berjumlah 30 siswa akan diajarkan tentang konsep perbandingan yang
berkaitan dengan skala, jarak dan kecepatan. Sebutkan dan jelaskan metode
pembelajaran yang cocok dipakai dalam kelas ini, sebutkan dan jelaskan model
pembelajaran yang menarik dipakai pada kelas ini, buatlah langkah-langkah
pembelajaran yang mungkin dilakukan!
9. Menurut anda bagaimana perkembangan
pembelajaran matematika disekolah, dan tantangan apa saja yang mungkin dihadapi
baik dari segi input, proses, output maupun system pendidikan di Indonesia!
10. Jelaskan Kompetensi standar yang
harus dimiliki oleh seorang guru matematika, baik pedagogik, profesi, sosial,
dan pribadi!
Jawaban:
1. Taksonomi
Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan
dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian
yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
A. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
1.
Pengetahuan (Knowledge)
yakni berisikan
kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta,
gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, teori dan sebagainya. Sebagai
contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level
ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk
yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dsb.
2.
Memahami
yakni
menafsirkan sesuatu, menterjemahkannya dalam bentuk lain, menyatakannya
dengan kata-kata sendiri, mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang diketahui,
menduga akibat sesuatu berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, dan
sebagainya.
3.
Menerapkan/
Aplikasi (Application)
yaitu
menggunakan apa yang dipelajari dalam situasi baru,mentransfer. Di
tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,
metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi
informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada
di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya
kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
4.
Analisis
(Analysis)
yaitu
menguraikan suatu keseluruhan dalam bagian-bagianuntuk melihat hakikat
bagian-bagiannya serta hubungan antara bagian-bagian itu. Di tingkat analisis, seseorang akan
mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan
informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat
dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan
mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat
keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam
tingkat keparahan yg ditimbulkan.
5.
Sintesis
(Synthesis)
yaitu menggabungkan bagian-bagian dan secara
kreatif membentuk sesuatu yang baru. Satu tingkat di atas
analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola
dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data
atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi
untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap
semua penyebab turunnya kualitas produk.
6.
Evaluasi
(Evaluation)
yakni
menggunakan kriteria untuk menilai sesuatu. Dikenali dari kemampuan
untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan
kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu
menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas,
urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb
B. Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri.
C.
Psychomotor
Domain (Ranah Psikomotor), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
2.
Matematika Adalah Ilmu Terstruktur. Matematika
merupakan ilmu terstruktur
yang terorganisasikan. Hal ini
karena matematika dimulai
dari unsur yang
tidak didefinisikan,
kemudian unsur yang
didefinisikan ke aksioma
/ postulat dan akhirnya
pada teorema. Konsep-konsep
amtematika tersusun secara
hierarkis, terstruktur,
logis, dan sistimatis mulai dari
konsep yang paling
sederhana sampai pada
konsep yang paling kompleks. Oleh karena itu untuk mempelajari
matematika, konsep sebelumnya yang menjadi
prasyarat, harus benar-benar
dikuasai agar dapat
memahami topik atau
konsep selanjutnya.
Dalam pembelajaran
matematika guru seharusnya
menyiapkan kondisi siswanya
agar mampu menguasai konsep-konsep
yang akan dipelajari mulai dari
yang sederhana sampai
yang lebih kompleks. Contoh seorang siswa yang akan mempelajari sebuah
volume kerucut haruslah mempelajari
mulai dari lingkaran,
luas lingkaran, bangun
ruang dan akhirnya
volume kerucut. Untuk dapat mempelajari topik volume balok, maka siswa
harus mempelajari rusuk / garis, titik sudut, sudut, bidang datar persegi dan
persegi panjang, luas persegi dan persegi panjang, dan akhirnya volume balok.
Struktur
matematika adalah sebagai berikut :
a. Unsur-unsur
yang tidak didefinisikan
Misal : titik, garis, lengkungan, bidang,
bilangan dll. Unsur-unsur ini ada,
tetapi kita tidak dapat mendefinisikannya.
b. Unsur-unsur yang didefinisikan
Dari
unsur-unsur yang tidak didefinisikan maka terbentuk unsur-unsur yang didefinisikan.
Misal :
sudut, persegi panjang,
segitiga, balok, lengkungan
tertutup sederhana, bilangan ganjil, pecahan desimal, FPB dan KPK dll.
c. Aksioma
dan postulat
Dari unsur-unsur
yang tidak didefinisikan
dan unsur-unsur yang
didefinisikan dapat dibuat asumsi-asumsi yang dikenal dengan
aksioma atau postulat.
Misal :
~ Melalui 2 titik sembarang hanya dapat
dibuat sebuah garis.
~ Semua sudut siku-siku satu dengan lainnya
sama besar.
~ Melalui sebuah
titik hanya dapat dibuat sebuah garis yang tegak lurus ke sebuah garis yang lain.
~ Sebuah segitiga
tumpul hanya mempunyai sebuah sudut yang lebih besar dari 900
Aksioma tidak
perlu dibuktikan kebenarannya
tetapi dapat diterima kebenarannya berdasarkan pemikiran yang logis.
d. Dalil
atau Teorema
Dari unsur-unsur
yangtidak didefinisikan dan
aksioma maka disusun teorema-teorema atau dalil-dalil yang kebenarannya harus
dibuktikan dengan cara deduktif.
Misal : ~ Jumlah 2 bilangan ganjil adalah
genap
~ Jumlah ketiga sudut pada sebuah segitiga
sama dengan 1800
~ Jumlah
kuadrat sisi siku-siku pada sebuah segitiga siku-siku sama dengan kuadrat sisi miringnya.
3.
a . Definisi Aksioma
Kata aksioma berasal dari Bahasa Yunani αξιωμα (axioma), yang berarti dianggap
berharga atau sesuai atau dianggap terbukti dengan sendirinya. Kata ini berasal
dari αξιοειν (axioein), yang
berarti dianggap berharga, yang kemudian berasal dari αξιος (axios), yang berarti berharga. Di
antara banyak filsuf Yunani, suatu aksioma adalah suatu pernyataan yang
bisa dilihat kebenarannya tanpa perlu adanya bukti.
Kata aksioma
juga dimengerti dalam matematika. Akan tetapi,
aksioma dalam matematika bukan
berarti proposisi yang terbukti dengan sendirinya. Melainkan, suatu titik awal
dari sistem logika. Misalnya, 1+1=2. Nama lain dari aksioma adalah postulat. Suatu aksioma adalah basis dari sistem logika formal yang
bersama-sama dengan aturan inferensi mendefinisikan logika.
b. Dalil
Dalil,
(kaidah atau teorema) adalah kebenaran yang diturunkan dari aksioma, sehingga
kebenarannya perlu dibuktikan terlebih dahulu. keterangan yg dijadikan bukti
atau alasan suatu kebenaran (terutama berdasarkan ayat Alquran); 2 patokan dl matematika dsb: salah satu -- segitiga sama sisi adalah
bahwa ketiga sudutnya sama besar; 3 pendapat yg dikemukakan dan dipertahankan sbg suatu kebenaran: ia tidak dapat mempertahankan -- nya yg
dikemukakan pd rapat itu; 4
tanda; penunjukan; alhayat tanda
hidup (surat yg dikirimkan untuk memberi kabar);
ber·da·lil v 1 beralasan; berketerangan;
menafsirkan (Alquran);
men·da·lil·kan v mengajukan dalil; mempertahankan
pendapat dng alasan: pihak oposisi ~
bantahannya
c. postulat
adalah asumsi yg menjadi pangkal dalil yang dianggap benar tanpa perlu
membuktikannya; anggapan dasar; aksioma. Postulat adalah pernyataan yang dibuat untuk mendukung
sebuah teori tanpa dapat dibuktikan kebenarannya. Contohnya adalah postulat
Einstein dalam relativitas khusus tentang kecepatan cahaya. Seperti telah
dijelaskan bahwa postulat atau patokan pikir itu adalah “suatu keterangan yang
benar”, yang kebenarannya itu dapat diterima tanpa harus diuji atau dibuktikan
lebih lanjut, digunakan untuk menurunkan keterangan lain sebagai landasan awal
untuk menarik suatu kesimpulan.
d. Teorema adalah pernyataan hubungan definisi dengan
definisi lainnya. Contoh: Teorema Pythagoras menyatakan hubungan ketiga sisi
segitika siku-siku, Teorema Langrange menyatakan hubungan grup hingga dengan
subgrup-nya.
Bagaimana memahami suatu teorema. Belajar begaimana
membuat teorema baru dari asumsi-asumsi yang telah diketahui. Belajar melihat
hubungan definisi dengan definisi lainnya sehingga bisa ditarik suatu teorema.
4.
Masalah
yang dihadapi dalam Pembelajaran matematika di sekolah yaitu
a. Terkadang gurunya yang menjelaskan
begitu singkat, dan cepat serta tanpa adanya memberikan konsep terlebih dahulu.
b. Kesulitan peserta didik mengerti
atau memahami pelajaran matematika dikarenakan ada guru yang lebih terfokus
pada siswa/i yang pintar saja atau bahkan yang duduk didepan saja. Sedangkan
siswa/i yang kurang pintar tidak terlalu difokuskannya atau yang duduk di
belakang.
c. Guru
yang bertugas sebagai pengelola pembelajaran seringkali belum mampu
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara bermakna, serta
penyampaiannya juga terkesan monoton tanpa memperhatikan potensi dan
kreativitas siswa sehingga siswa merasa bosan karena siswa hanya dianggap
sebagai botol kosong yang siap diisi dengan materi pelajaran.
Cara menghadapi masalah Pembelajaran
Matematika di sekolah
a. Dalam
pembelajaran matematika guru harus menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa sehingga siswa lebih memahami
materi yang disampaikan dan siswa lebih berkesan dengan pembelajaran yang telah
disampaikan serta siswa akan lebih mengingat dan tidak mudah melupakan hal- hal
yang dipelajarinya.
b. Guru
harus memperhatikan siswanya harus memiliki kemampuan untuk mencerna konsep/bahan pelajaran yang
dipelajari.
c. Memberikan
siswa motivasi belajar
d. Mengadakan
bimbingan dari guru agar tidak cepat putus asa dalam proses penemuan suatu
konsep dan memanipulasi konsep tersebut sebagai aplikasinya.
e. Mengajarkan
konsep hendaknya dengan terkait dengan bagian-bagian relevan , tidak berdiri
sendiri.
f. Mengajarkan
konsep harus menyangkutkan dengan konsep yang lain yang mendasari yang
tingkatnya lebih rendah, belajar konsep menurut hierarki.
5. Teori
Perkembangan Piaget
Jean Piaget, merancang model yang
mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan
mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk
(2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan),
aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan
biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan
untuk menangani lingkungan dan belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan
dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
Tahap – tahap Perkembangan
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
1. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan
untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi
refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama
dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan
pemahaman spatial / persepsi penting dalam enam sub-tahapan :
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai
empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan- kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat
sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara
penglihatan dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia
sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat
objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat
dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas
sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan
tahapan awal kreativitas.
2. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua
dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan
bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari
fungsi psikologis muncul. Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti
tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam
tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai
merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka
masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka
cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan
bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami
bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan,
kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki
pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang
tidak hidup pun memiliki perasaan.
3. Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga
dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai
ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses
penting selama tahapan operasional konkrit adalah :
a. Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk,
atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
b. Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi
serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain,
termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya
ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika
berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
c. Decentering—anak mulai mempertimbangkan
beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh
anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya
dibanding cangkir kecil yang tinggi.
d.
Reversibility—anak
mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
e. Konservasi — memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
f. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu
dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara
yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan
boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan
boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka
itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan
ke dalam laci oleh Ujang.
4.Tahapan operasi onalformal
Tahap operasional formal adalah
periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami
anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai
dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir
secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi
yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti
cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam
bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari
faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai
perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,
kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga
ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap
menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
6. Belajar merupakan
rangkaian kegiatan
atau aktivi tas yang
dilakukan secara sadar dan
Perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh
siswa sendiri. Proses mencari, memahami, menganalisis suatu keadaan sehingga
terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai hasil belajar . Siswa adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya
proses belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada
di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa adalah keadaan
alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang akan
dijadikan bahan belajar. Contohnya pada dasarnya prinsip belajar
lebih di titik beratkan pada aktivitas peserta didik yang menjadi
dasar proses pembelajaran
baik di jenjang Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP), Sekolah
lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) maupun Tingkat Perguruan
Tinggi .
Sedangkan Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi
proses pemerolehan i lmu
dan pengetahuan , penguasaan kemahi ran dan
tabiat , serta pembentukan
sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu
peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta
dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Contohnya, terjadinya pembelajaran
di kelas dimana guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu objekti f yang
ditentukan (aspek kognitif),
juga dapat mempengaruhi perubahan
sikap (aspek afekti f),
serta keterampi lan (aspek
psikomotor) seseorang peserta didik.
7. Aliran
Psikologi Tingkah Laku
Sebelum
membahas psikologi tingkah laku alangkah lebih baik jika kita lebih dahulu
membahas tentang psikologi belajar mengajar,yang sifatnya masih umum.
a.
Teori Thorndike
Edward l.
Thorndike (1874-1949) mengemukan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan
sebutan law of effect. Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila
respon murid terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau
kepuasan. Teori belajar stimulus respon yang dikemukakan oleh thorndike ini
disebut juga koneksionisme,teori ini mengatakan bahwa pada hakikatnya belajar
merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat
beberapa dalil:
1. Hukum Kesiapan (Law Of Readiness)
Yaitu
menerangkan bagaimana kesiapan seorang anak dalam melakukan suatu kegiatan.
2. Hukum Latihan (Law Of Exercise) dan Hukum Akibat (Law Of Effect).
Hukum latihan menyatakan bahwa jika
hubungan stimulus respon sering terjadi, akibatnya hubungan akan semakian kuat.
Sedangkan makin jarang hubungan stimulus respon dipergunakan maka makin
lemahnya hubungan yang terjadi.
Dalam
hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan yang terlahir dari adanya
ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan bagi anak, dan anak cenderung untuk
berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang telah dicapainya itu
b.
Teori Skinner
Dalam bagian ini akan diuraikan teori
belajar menurut skinner. Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau
penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Penguatan
dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan
meningkatnya perilaku anak dalam melakukan pengulangan perilakunya itu. Untuk
mengubah tingkah laku anak dari negatif menjadi positif, guru perlu mengetahui
psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan dan mengendalikan tingkah
laku anak.
Skinner menambahkan bahwa jika respon siswa baik (
menunjang efektivitas pencapaian tujuan) harus segera diberikan penguatan
positif agar respon tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan baik itu
dipertahankan.
c.
Teori Ausubel
Teori ini terkenal dengan belajar
bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai. Ia membedakan
belajar menemukan dengan belajar menerima, jadi tinggal menghafalnya. Tetapi
pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima
pelajaran begitu saja. Selain itu untuk dapat membedakan antara belajar
menghafal dengan belajar bermakna.
Pada belajar menghafal, siswa menghafal
materi yang sudah diterimanya, tetapi pada belajar bermakna materi yang
diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajar lebih
dimengerti. Selanjutnya bahwa Ausubel mengemukan bahwa metode ekspositori
adalah metode mengajar yang baik dan bermakna. Hal ini dikemukan berdasarkan
hasil penelitiannya. Belajar menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa
belajar menghafal atau bermakna.
Misalnya dalam mempelajari konsep
Pitagoras tentang segitiga siku-siku, mungkin bentuk akhir c2= b2+a2
sudah disajikan, tetapi jika siswa memahami rumus itu selalu dikaitkan dengan
sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku akan lebih bermakna.
d.
Teori Gagne
Menurut Gagne dalam belajar matematika
ada dua objek yang dapat diperoleh langsung oleh siswa, yaitu objek langsung
dan objek tidak langsung. Objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki
dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika
dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek lansung berupa fakta,
keterampilan, konsep, dan aturan.
e.
Teori Pavlov
Pavlof terkenal dengan teori belajar
klasik.
Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan atau conditioning.
Dalalm hubugannya dalam kegiatan belajar mengajar agar siswa belajar dengan
baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan soal peekerjaan
rumah dengan baik, biasakanlah dengan memeriksanya, menjelaskannya, atau
memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya.
f.
Teori Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar
itu melalui meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek, tetapi
meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru
baik, guru berbicara sopan santun, tingkah laku yang terpuji, menerangkan
dengan jelas dan sistematis, maka siswa akan menirunya. Jika contoh yang
dilihat kurang baik maka ia pun akan menirunya.
g.
Aliran Latihan Mental
Aliran ini
berkembang sampai dengan abad 20, yang mengemukakan bahwa struktur otak manusia
terdiri atas gumpalan-gumapalan otot, agar ini kuat, maka harus dilatih dengan
beban, makin banyak latihan dan beban yang makin berat,maka otot atau otak itu
makin kuat pula, oleh karna itu jika anak atau siswa ingin pandai, maka ia
harus dilatih otaknya dengan cara banyak berlatih memahami dan mengerjakan
soal-soal yang benar, makin sukar materi itu makin pandai pula anak tersebut.
Struktur
kurikulum pada masa itu berisikan materi-materi pelajaran yang sulit, sehingga
orang sedikit yang bersekolah karna tidak kuat untuk mengikutinya. Disamping
faktor lain seperti keturunan, biaya, dan kesadaran akan pentingya sekolah.